RMK News Jakarta Salah satu sektor bisnis yang memiliki pangsa pasar yang besar adalah bisnis FCMG di Indonesia. Fast moving consumer goods (FMCG) merupakan produk yang dijual dengan cepat dan dengan biaya yang relatif rendah, seperti makanan, minuman, perawatan pribadi, pembersih rumah tangga, dan tembakau.
Berdasarkan riset yang dilakukan Statista, industri FMCG merupakan salah satu industri besar di Indonesia yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi negara. Selain itu nilai pasar FMCG di Indonesia diperkirakan sekitar 1,2 triliun US Dollar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 7,6% dari tahun 2021 hingga 2025.
Dengan angka yang besar tersebut, merek FMCG pun akan menghadapi persaingan yang ketat di pasar serta mengubah preferensi dan perilaku konsumen. Oleh karena itu, membangun merek FMCG yang unggul memerlukan pemahaman yang jelas tentang sasaran pasar, proposisi nilai yang kuat, identitas yang khas, dan eksekusi yang konsisten.
Chief Executive Officer & President of PT SASA Inti, DR. Rudolf Tjandra mengungkapkan kunci sukses bagaimana membangun merek FMCG yang unggul di Indonesia yang didasarkan oleh beberapa contoh merek yang sudah mendapatkan loyalitas di kalangan konsumen Tanah Air.
Empat Faktor Kunci
DR. Rudolf membeberkan terdapat beberapa faktor kunci yang mendorong pertumbuhan industri FMCG di Indonesia. Pertama, dirinya mengungkapkan, meningkatnya daya beli konsumen karena peningkatan pendapatan pribadi, urbanisasi, dan digitalisasi yang mengubah gaya hidup dan preferensi masyarakat.
“Kedua, jumlah penduduk Indonesia yang besar dan beragam, yang terdiri dari lebih dari 250 juta jiwa dan tersebar di lebih dari 6.000 pulau berpenghuni, menciptakan permintaan yang tinggi terhadap berbagai produk dan jasa,” bebernya.
“Ketiga, rendahnya penetrasi beberapa kategori produk, seperti personal care, pembersih rumah tangga, dan makanan kemasan, yang menawarkan ruang untuk ekspansi dan inovasi,” tambah DR. Rudolf.
Dirinya menambahkan, hal keempat adalah meningkatnya kesadaran dan preferensi untuk kesehatan, kesejahteraan, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial di kalangan konsumen, yang memengaruhi keputusan pembelian dan loyalitas mereka.
Tantangan Utama Industri FMCG di Indonesia
DR. Rudolf juga menyampaikan beberapa tantangan utama yang dihadapi industri FMCG di Indonesia. Menurutnya, persaingan yang ketat di pasar, baik dari pemain mapan maupun pendatang baru, terutama di saluran online menjadi salah satu tantangan utama yang harus dihadapi.
“Selanjutnya, saluran distribusi yang kompleks dan berkembang, yang meliputi perdagangan modern (seperti toko serba ada, supermarket, dan hypermarket), pasar tradisional (seperti toko independen kecil), e-commerce, penjualan langsung, dan perdagangan sosial,” jelasnya.
“Tantangan lainnnya, kesulitan geografis dan logistik dalam menjangkau dan melayani konsumen yang tersebar dan beragam di seluruh Nusantara,” tambah DR. Rudolf.
Dirinya pun mengatakan bahwa ketidakpastian peraturan dan politik juga dapat memengaruhi lingkungan bisnis dan kepercayaan konsumen menjadi sebuah tantangan utama.
Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan
Untuk berhasil dalam bisnis barang konsumen Indonesia, perusahaan perlu mengadopsi praktik terbaik dalam empat bidang, yakni strategi penjualan, route to market (RTM), bauran pemasaran, dan kapabilitas organisasi.
DR. Rudolf memberikan beberapa contoh merek FMCG yang sukses di Indonesia, seperti Kapal Api (kopi), Sweety Baby Diaper (popok), Sampoerna A Mild (rokok), dan Mie Sedaap (mi instan). Kira-kira, langkah seperti apa yang dilakukan produsen tersebut sehingga dapat menjadi FMCG unggul di Indonesia?
Pahami Target Pasar
Langkah pertama untuk membangun merek FMCG yang unggul bagi DR. Rudolf adalah memahami pasar sasaran, termasuk kebutuhan, keinginan, preferensi, motivasi, dan perilaku mereka.
“Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan riset pasar, seperti survei, wawancara, kelompok fokus, observasi, dan eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi segmen pasar yang memiliki potensi dan permintaan produk tertinggi, serta proposisi nilai unik yang dapat membedakan merek dari pesaing,” jelas DR. Rudolf.
Ia memberikan contoh bagaimana Kapal Api sebagai merek kopi yang didirikan pada tahun 1927 oleh Go Soe Loet, seorang imigran Tionghoa yang mengamati bahwa orang Indonesia suka minum kopi. DR. Rudolf menuturkan, Goe Soe Loet mulai dengan menjual biji kopi di pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dan kemudian mengembangkan sendiri campuran kopi dan cengkihnya.
“Kapal Api memahami target pasar peminum kopi yang menginginkan cita rasa kuat dan aromatik serta harga yang terjangkau. Kapal Api juga beradaptasi dengan perubahan tren pasar dengan meluncurkan berbagai varian produk, seperti kopi instan, kopi sachet, dan kopi premium,” tuturnya.