RMK NEWS | Meski tak seramai dulu, namun keberadaan tukang kiridit di Tasikmalaya masih ada. Denyut ekonomi sektor informal ini masih hidup walau dengan beragam tantangan dan rintangan.
Model bisnisnya pun mengalami perubahan, jika dulu didominasi oleh pelaku usaha yang mandiri. Kini dikelola oleh pengusaha, para tukang kiridit yang sekarang dijumpai mayoritas merupakan pekerja, bukan pemilik usaha. Para pekerja ini direkrut dengan sistem bagi hasil. Pekerja juga diberi inventaris sepeda motor.
Salah satunya adalah Deden (28) seorang tukang kiridit yang dijumpai di Jalan Tarumanagara Kota Tasikmalaya. “Ada bosnya, saya hanya pekerja. Semua pekerjanya ada 10 orang,” kata Deden, Kamis (3/8/2023).
Meski belum genap 2 tahun menekuni pekerjaannya, Deden mengakui bisnis tukang kiridit ini kian menurun. “Pemintaan pelanggan semakin bermacam-macam, sementara kemampuan bos terbatas. Ini juga banyak pesanan yang belum bisa dipenuhi, ada beberapa yang pesan kompor gas,” kata Deden.
Dia menduga bosnya yang berasal dari Purwokerto Jawa Tengah itu sedang kelimpungan. Sehingga dia hanya memiliki barang-barang relatif murah atau tak lebih dari Rp 100 ribu.
Deden mengatakan saat ini dirinya punya sekitar 100 pelanggan yang tersebar di kawasan Kota Tasikmalaya. Menurut dia jumlah 100 pelanggan itu sedikit, idealnya dia punya 300 pelanggan, jumlah tagihan bisa melampaui beban operasional.
“Saya sebagai pegawai hanya dapat 12 persen, sisanya setor ke bos. Tapi ya disyukuri saja, Alhamdulillah masih bisa memberi makan istri dan anak,” kata warga Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran itu.
sumber : detikjabar