RMK NEWS | Sunscreen atau tabir surya bukan sekadar pelengkap produk perawatan kulit, melainkan sebuah keharusan. Banyak orang menganggap sunscreen hanya sebagai pelindung dari efek buruk sinar matahari, namun manfaatnya jauh lebih mendalam dari itu.
Selain melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker kulit, sunscreen juga berperan penting dalam mencegah tanda-tanda penuaan kulit. Paparan sinar matahari tanpa perlindungan dapat memicu produksi radikal bebas yang merusak struktur kolagen kulit, menyebabkan garis-garis halus, keriput, dan noda-noda penuaan lainnya.
Dengan menggunakan sunscreen secara rutin, kita tidak hanya menjaga kesehatan kulit dari ancaman eksternal, tetapi juga memastikan kulit tetap tampak muda dan segar dalam jangka waktu yang lebih panjang. Berdasarkan laporan dari CNA pada Minggu, 6 Agustus 2023, keefektifan tabir surya dalam menghalau paparan matahari dan melindungi dari risiko kanker kulit sudah dikenal luas.
Banyak ahli dermatologi berpendapat bahwa tabir surya juga merupakan salah satu produk perawatan kulit terpenting dalam menghambat proses penuaan. Penting untuk memahami bagaimana paparan UV dapat mempercepat penuaan kulit dan bagaimana tabir surya bekerja untuk mengurangi dampak negatif tersebut.
Sebelumnya, kita perlu tahu bahwa terdapat dua jenis sinar ultraviolet, yaitu A dan B. Ultraviolet B (UVB) memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dan berdampak terutama pada lapisan permukaan kulit. Sebaliknya, sinar ultraviolet A (UVA) memiliki panjang gelombang yang lebih panjang, sehingga mampu menembus kulit lebih dalam.
Penting untuk dicatat bahwa sinar UVA juga bisa menembus kaca. Jadi, jangan beranggapan bahwa Anda dilindungi dari kerusakan matahari hanya karena berada di balik jendela.
Dampak Sinar UVA dan Sinar UVB
Efek dari pemaparan sinar UVA dan UVB selama periode waktu yang lama dapat merusak sel-sel pada lapisan terluar kulit, dikenal sebagai keratinosit. Akibatnya, kulit dapat tampak merah, kasar, dan bersisik, suatu gejala yang dikenal sebagai keratosis aktinik.
“Mutasi DNA yang spesifik terjadi pada keratinosit, yang kemudian memperbanyak diri dan berubah menjadi tidak normal,” ungkap Dr. Lena Von Schuckmann, seorang dermatolog dan peneliti klinis di University of Queensland, Australia. Dalam situasi tertentu, keratosis aktinik dapat berkembang menjadi kanker.
Di bawah lapisan keratinosit, terletak melanosit, yakni sel yang bertanggung jawab dalam produksi melanin yang menyebabkan perubahan warna kulit menjadi lebih gelap. Sinar UVA adalah faktor utama yang merangsang sel-sel ini, menyebabkan kulit menggelap karena proses pemaparan matahari.
Sementara, luka bakar matahari berbeda. Luka ini disebabkan oleh kerusakan dari sinar UVB pada lapisan permukaan kulit. Pada paparan sinar UV dalam jangka waktu yang lama, melanosit dapat mengalami kerusakan yang mengarah pada hiperpigmentasi yang bersifat permanen. Bintik-bintik gelap tersebut kerap disebut sebagai bintik matahari, bintik penuaan, atau dalam istilah medisnya, solar lentigo.
Kolagen dan elastin yang berfungsi menjaga kekenyalan dan elastisitas kulit terletak pada lapisan di bawahnya. Paparan sinar UVA menyebabkan kerusakan pada protein-protein ini, yang mengakibatkan kulit berkerut saat kehilangan kemampuannya untuk meregang, serta menyebabkan kulit menjadi lebih tipis sehingga pembuluh darah menjadi lebih tampak.
sumber : Liputan6.com