RMK NEWS | – Kekayaan seni budaya di Pangandaran sangat beragam, salah satunya yaitu badud. Badut merupakan seni tradisional dari Dusun Margajaya, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Saat ini seni tradisional Badut dijalani oleh generasi kedelapan yakni Yaya. Yaya juga merupakan Kepala Dusun Margajaya. Kesenian badud lahir di Margajaya tanpa ada akulturasi maupun jiplakan dari seni yang lain dan hingga kini keasliannya masih terjaga.
Selama menekuni sebagai seniman badud, Yaya mengaku banyak suka duka yang dirasakan. Bahkan pegiat seni badud mulai berguguran karena tak kuat akan terpaan zaman.
“Sebelum mekar dari Kabupaten Ciamis, kesenian badud banyak disebut kuno dan memalukan. Sedangkan banyak orang modern saat ini lebih suka pertunjukan seperti pentas seni dangdut, band ataupun sejenisnya,” papar Yaya.
“Ya banyak yang pengen berhenti karena dianggap memalukan. Ada yang malah tidak jadi ikut pentas secara mendadak,” sambungnya.
Yaya menilai penghargaan kepada para pegiat seni badud masih rendah. Dengan anggota sebanyak 24 orang saat tampil, mereka hanya dibayar Rp 1,5 juta dan dibagi rata.
“Dulu mah kekurangan anggota, kini kesejahteraan mereka yang kurang karena langkanya yang sewa jasa kami,” ucapnya.
“Sayangnya tidak sebanding dengan kesejahteraan para pelakunya. Pernah satu pertunjukan membawa 24 anggota dibayar Rp 1,5 juta. Sementara dibagi untuk 24 orang,” keluhnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di sela tidak manggung, Yaya mengandalkan pertanian dan perkebunan. “Kalau sehari-hari kan saya sebagai kepala dusun, tambahnya paling tatanen (berkebun),” katanya.
Kendati demikian, kata Yaya, mempertahankan seni Badud merupakan beban moral baginya. Dia tak rela jika kesenian Badud harus hilang tanpa memiliki penerus.
Sumber : Detik.Jabar