RMK NEWS | – Mang Koko (55) budayawan seni tradisi Pangandaran mengaku bahagia saat kesenian Badud kembali manggung di hadapan warga. Dia membawa 11 rombongan yang tampil di Kirab Pemilu 2024, Senin (2/10/2023) di Alun-alun Parigi, Kabupaten Pangandaran.
“Seni tradisi Badud ini asli khas Pangandaran yang perlu lestari. Tentu dengan kami diundang tampil di kirab pemilu ini sangat berterimakasih kepada pemda yang mendukung eksistensi kami,” kara Koko kepada detikJabar, Senin (2/10/2023).
Menurutnya seni tradisi Badud yang ditampilkan untuk kirab pemilu diringkas tanpa melibatkan ikonik topeng buaya, bagong (babi), maung (harimau), lutung, dan aki nini karena masalah durasi waktu.
“Badud ini seni tradisional yang sederhana dan usianya cukup lama. Pami zaman kapungkur mah ngangge awi (kalau zaman dulu mah pakai bambu) saja sebagai alat musiknya,” kata Koko.
Koko mengatakan alat musik bambu itu serupa kohkol sederhana yang kemudian dikolaborasikan dengan suling, angklung dan dog-dog.
“Dulu hanya disimpan ditempat huma. Karena digunakan untuk mengusir hama padi. Dipukul ketika ada musim hama” ucapnya.
Selain itu, kata Koko, ikonik seni Badud seperti topeng lutung, harimau, babi dan aki nini memiliki filosofi tersendiri.
“Namun saat itu karena orang-orang zaman itu sakti mereka memanggil dengan kebatinan untuk mengusir hama jahat, wujudnya menyerupai lutung, bagong, maung jeung aki nini,” ucapnya.
Koko bersyukur saat ini dapat tampil dan bisa mengundang kembali para seniman Badud yang sudah lama ‘tidur’.
“Alhamdulillah hatur nuhun pisan, karena bukan hanya pelaku seni yang hidup. Tapi juga mereka yang menjadikan Badud sebagai sampingan mata pencaharian. Bulan-bulan ini kami pun dapat orderan untuk acara-acara seremonial dan hajatan,” katanya.
Pemilik Sanggar Saung Mang Koko itu mengatakan sanggar miliknya membuka praktik beragam seni tradisional di Pangandaran dari mulai tari, upacara adat, badud, klintingan hingga ronggeng.
“Kami buka praktik seni tradisi secara gratis sejak tahun 2008,” tutupnya.
Sumber : Detik.Jabar