RMK NEWS | – Ajo Surjo (58), warga Kabupaten Ciamis punya cerita inspiratif untuk dibahas. Seorang pegawai toko busana di perkotaan Ciamis ini punya cara tersendiri dalam melestarikan batik motif khas Ciamis atau Batik Ciamisan.
Meski hanya seorang pegawai toko busana Alya di komplek pertokoan jalan Iwa Kusuma Somantri, namun tekad Ajo untuk mengenalkan Batik Ciamis sangat tinggi. Ajo telah menjadi pegawai toko busana sejak tahun 1979.
Tak hanya jadi pegawai biasa, Ajo pun dipercaya untuk mengelola bagian kain batik khas Ciamis.Toko tersebut salah satu tempat yang masih menyediakan beragam motif Batik Ciamisan.
Ketertarikan Ajo terhadap Batik Ciamis dimulai sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Pada tahun 1965-an, Batik Ciamisan sangat populer hingga tahun 1990-an. Kala itu batik Ciamis sangat populer dengan pemasarannya bahkan menembus pasar luar daerah. Batik Ciamisan dikenal dengan motifnya yang indah dan elegan tapi tetap sederhana.
Seiring waktu, Batik Ciamisan pun meredup. Banyak pabrik batik yang gulung tikar karena sejumlah faktor. Bisa dikatakan, saat ini Batik Ciamisan ada tapi seperti mati suri.
“Saya pegawai toko busana ini meneruskan orang tua saya. Sejak dulu di sini menyediakan Batik Ciamis, ada berbagai motif. Jadi sedikitnya tahu tentang Batik Ciamisan,” ujar Ajo saat ditemui di toko tempatnya bekerja, Senin (2/10/2023).
Ajo tak hanya sekadar menjual Batik Ciamisan, namun juga berupaya mengenalkan dan melestarikannya. Seperti dengan memanfaatkan berbagai even yang digelar oleh Pemkab Ciamis.
“Sering memanfaatkan event-event untuk mengenalkan Batik Ciamisan. Membawa sejumlah motif, baik motif buhun atau kekinian,” ungkapnya.
Ojo menjelaskan, motif Batik Ciamisan kekinian sudah dimodifikasi tapi tetap memiliki filosofi, baik sejarah maupun hewan dan tumbuhan. Seperti motif Galuh Pakuan dengan corak bergambar kujang, atau Ciung Wanara bercorak ayam dan lainnya. Sedangkan motif jadul, memiliki tema alam seperti Lereng Eneng, Turih Wajit, Lereng Sintung dan lainnya.
Kecintaannya terhadap Batik khas Ciamis, Ajo pun menciptakan motif Batik Ciamisan bernama Onom Ciamis.
“Selain jualan batik, saya juga membuat motif sendiri dengan nama Onom Ciamis yang berlatar belakang sejarah dan tradisi. Jadi dulu Ciamis itu memiliki Tradisi Kuda Kosong, dari tradisi itu dikenal Onom yang konon menungganginya. Alhamdulillah cukup banyak peminatnya,” ucapnya.
Ajo pun sedih dengan kondisi pabrik batik di Ciamis banyak yang gulung tikar. Alhasil, untuk dapat menjaga Batik Ciamisan tetap ada, Ajo pun harus memproduksi batik di luar daerah yakni Pekalongan.
“Memang motifnya dari sini Batik Ciamisan, hanya diproduksi di luar daerah di Pekalongan. Tapi bagaimana pun caranya, Batik Ciamisan harus ada. Kalau harapannya mah, Batik Ciamisan diproduksi di Ciamis juga,” katanya.
Menurut Ajo, saat ini peminat Batik Ciamisan hanya dari kalangan tertentu. Seperti instansi pemerintahan atau ibu-ibu PKK. Sedangkan untuk generasi saat ini, banyak yang tidak mengetahui batik khas Ciamis. Yang mereka ketahui hanya busana dengan corak batik.
Batik Ciamisan juga biasa dibeli oleh para pejabat Pemda Ciamis sebagai cenderamata atau oleh-oleh. Selebihnya dipakai oleh instansi atau PKK sebagai seragam kerja. Harga Batik Ciamisan untuk cap tulis per potong sekitar Rp 150 ribu, ukuran 1,5 meter kali 2 meter.
“Keinginan saya, generasi sekarang harus tahu bahwa Ciamis juga punya batik yang khas. Tidak kalah dengan batik khas daerah lain,” tegasnya.
Ajo pun berharap ke depan Batik Ciamisan bisa kembali berjaya dengan produksi di kampung sendiri. Jangan sampai generasi penerus tidak mengetahui bahwa Ciamis juga adalah salah satu Kota Batik di Jawa Barat. “Kalau bukan oleh kita dilestarikan lalu oleh siapa lagi,” pungkasnya.
Sumber : Detik.Jabar