RMK NEWS | – Sebagai daerah yang memiliki sejarah panjang dalam industri batik di Tanah Air, Tasikmalaya memiliki banyak koleksi motif batik khas. Diantaranya motif Watu Gunung yang terinspirasi dari kondisi Tasikmalaya saat Gunung Galunggung erupsi di tahun 1982.
Selain itu ada pula motif Payung Geulis dan Kelom Geulis. Sebagaimana diketahui payung geulis dan kelom geulis merupakan ikon kerajinan Tasikmalaya yang cukup terkenal.
Namun demikian motif-motif khas Tasikmalaya itu dari sisi penjualan kurang diminati oleh konsumen. Hal itu diungkapkan Asep Ace, salah seorang perajin di sentra batik Cigeureung, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.
“Motif khas Tasik banyak, mulai dari motif Daun Taleus, Awi Ngarambat, Batu Ampat, Watu Gunung, Payung Geulis dan Kelom Geulis. Tapi memang kalau untuk penjualannya masih minim, belum menjadi tren,” kata Asep Ace, Senin (2/10/2023).
Dari sekian banyak motif batik khas Tasikmalaya itu, menurut Asep Ace yang mulai dilirik adalah paduan motif Payung Geulis dan Kelom Geulis. Ini ditandai dengan penggunaan motif ini oleh pegawai Pemkot Tasikmalaya.
“Paling motif khas yang agak menonjol itu motif payung geulis sama kelom geulis, itu kan dipakai Pemkot Tasikmalaya,” kata Asep Ace.
Terkait motif batik yang menjadi tren saat ini, menurut Asep Ace masih dipimpin oleh motif Merak Ngibing alias Dancing Peacock. “Yang bagus atau banyak pesanan Merak Ngibing, tapi itu bukan motif khas Tasikmalaya, itu sudah khas Jawa Barat,” kata Asep Ace.
Dancing Peacock menurut dia menjadi motif batik khas Jawa Barat, setelah sebelumnya kerap menuai permasalahan karena terjadi saling klaim daerah-daerah di Jawa Barat.
Regenerasi Perajin Batik
Sementara itu di momentum Hari Batik 2 Oktober ini, puluhan siswa SD Negeri Mancogeh Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya melakukan kunjungan ke salah satu rumah produksi batik di sentra batik Cigeureung Kota Tasikmalaya.
“Intinya kami mengenalkan proses pembuatan batik, mulai dari menggambar pola, menggunakan canting dan proses lainnya,” kata Kodir, guru pembimbing dari SDN Mancogeh.
Kodir mengatakan upaya pengenalan ini dianggap penting, karena sekolah mereka berada di kawasan sentra produksi batik Tasikmalaya. “Jangan sampai anak-anak yang tinggal di sentra batik, tapi nggak punya keterampilan atau minimal pengetahuan tentang batik. Makanya kami libatkan sekitar 30 siswa untuk mengikuti workshop ini,” kata Kodir.
Lebih dari sebatas pengenalan, Kodir bahkan mengatakan soal pentingnya keterampilan membuat batik ini menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
“Jika memungkinkan membatik ini jadi eskul di sekolah. Ya minimal anak terampil dulu menggambar batik,” kata Kodir.
Sumber : Detik.Jabar