RMK NEWS | – Musim kemarau panjang yang melanda wilayah Pangandaran membuat puluhan hektar sawah gagal panen di empat kecamatan. Empat kecamatan itu yakni Cimerak (10 hektare), Pangandaran (20 hektar), Cigugur (5 hektare) dan Langkaplancar (5 hektare).
“4 kecamatan yang terdampak di Pangandaran, Cimerak, Cigugur dan Langkaplancar. Mereka harus menelan pil pahit karena gagal panen,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran Yadi Gunawan kepada detikJabar, Senin (5/10/2023).
Menurutnya gagal panen itu merupakan hasil tanam pada bulan Juli 2023 dan tidak sampai musim panen karena kemarau panjang.
Sementara itu, untuk membantu para petani saat gagal panen tersebut akan diajukan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). “Sebagian sudah lolos verifikasi, sebagian lagi menunggu hasil verifikasi dari Jasindo,” katanya.
Kata Yadi, pihaknya tidak menghitung berapa petani terdampak tetapi jumlah hektaran sawah saja.
“Nantinya setiap 1 hektar sawah jika sudah terverifikasi akan mendapatkan bantuan asuransi sebesar Rp 6 juta per hektare,” ucapnya.
Namun, kata dia, terkait stok beras di Kabupaten Pangandaran diklaim masih aman. “Stok beras masih aman, di kita masih surplus,” katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran Untung Saeful Rokhman mengatakan wilayah yang mengalami kekeringan belum sepenuhnya menyentuh wilayah 10 kecamatan.
“Jadi belum ditetapkan darurat, kalau lebih dari 50 persen baru bisa penetapan darurat kekeringan,” kata Untung.
Ia mengatakan saat ini masih menangani 2 persoalan yakni, kekurangan air bersih dan kebakaran.
“Untuk suplai air bersih kami hampir setiap hari suplai. Sampai saat ini sudah 1 juta liter air kami salurkan periode Juli-Agustus 2023 dan yang terdampak 10.248 penduduk,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan kemarau panjang saat ini yang dihadapi warga Pangandaran yaitu potensi kebakaran dan kekurangan air.
“Tapi untuk kekurangan air bersih sudah di suplai BPBD, PMI dan PDAM. Kalau Hp saya belum berdering artinya kekeringan masih bisa ditangani, kecuali sudah berdering,” katanya.
Kendati demikian, menurut Jeje, kalau kekeringan dalam artian menyeluruh kondisinya memang mengkhawatirkan.
“Tanam padi kan sudah beberapa bulan yang mengalami kekeringan dan gagal panen juga ada,” ucapnya.
Jeje mengklaim jika sejauh ini suplai air sudah terpenuhi. “Sampai hari ini masih oke,” katanya.
Ia mengatakan belum ada yang teriak kencang, biasanya kalau sudah darurat baru ada yang teriak.
“Kekeringan ya masih kekeringan, dua hal yang kita pantau, kebakaran sama kekurangan air bersih. Sempat kemarin krodit dan ternyata mesinnya rusak. Sekarang udah jalan,” ucapnya.
Sumber : Detik.Jabar