RMK NEWS | – Dinamika kehidupan terkadang memicu timbulnya stres dan amarah yang terpendam. Dibutuhkan kepiawaian diri dalam mengelola stres dan amarah tersebut. Kanalisasi atau penyaluran adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memupus stres dan amarah terpendam.
Fenomena itu rupanya ditangkap oleh sekelompok mahasiswa di Tasikmalaya sebagai peluang bisnis. Sehingga mereka mendirikan sebuah layanan jasa bagi mereka yang hendak melepaskan amarah dan rasa stresnya.
Breakroom Tasik, demikian nama layanan jasa bagi masyarakat yang ingin melampiaskan amarahnya. Di tempat ini kita bisa melepaskan stres dan amarah dengan berbagai cara. Salah satunya dengan merusak barang-barang, berteriak, menuliskan kekesalan, membakar benda kenangan serta konseling.
“Stres dan amarah ada kalanya memang harus dikanalisasi, diluapkan. Itu akan lebih baik ketimbang dipendam dan menjadi residu dalam hati,” kata Indra Lesmana, pendiri Breakroom Tasik, Kamis (5/10/2023).
Namun pelampiasan amarah itu, kata Indra mesti dilakukan dengan cara-cara yang tidak memberi dampak bagi lingkungan dan orang-orang terdekat.
“Makanya kita sediakan, mau merusak, mau berteriak-teriak silahkan. Kami fasilitasi, lepaskan di sini,” kata mahasiswa semester 7 Universitas Siliwangi Tasikmalaya itu.
Berlokasi di Jalan Letjen Mashudi No 47 Kota Tasikmalaya, Indra dan 7 orang kawannya siap memberikan fasilitas.
Ada rage room, ini adalah ruangan tempat kita melepaskan stres dan amarah dengan merusak benda-benda, seperti botol, TV, dispenser dan lain-lain. Pokoknya kalau mau ugal-ugalan bahkan bertingkah brutal di sini tempatnya.
“Tapi keselamatan pengunjung tetap kami perhatikan, ketika merusak benda dengan stik baseball mereka harus mengenakan baju APD (pelindung diri),” kata Indra.
Kemudian ada juga boxing room, dimana pengunjung bisa memukuli samsak sesuka hatinya.
Selain itu ada juga fake room yang memfasilitasi pengunjung jika ingin mengenakan kostum-kostum tertentu, seperti menjadi badut dan lainnya.
“Di belakang ada burn memories tempat pengunjung membakar barang-barang kenangan, seperti foto mantan atau lainnya,” kata Indra.
Meski baru beroperasi sekitar satu bulan, Indra mengatakan respons publik terhadap layanan jasa yang ditawarkannya lumayan bagus. “Rata-rata sehari ada tiga orang yang datang,” kata Indra.
Kalangan mahasiswa menjadi pelanggan terbanyak, meski ada beberapa juga masyarakat umum baik pria mau pun wanita yang memanfaatkan layanan jasa ini. “Yang sudah berumur juga banyak, ibu-ibu ada beberapa kali,” kata Indra.
Meski pihaknya menyatakan menjaga privasi pelanggan, tapi hasil pengamatan, mayoritas mereka yang datang stres atau kesal akibat masalah asmara.
“Mayoritas akibat masalah percintaan, sisanya ada yang masalah keluarga pekerjaan dan masalah keluarga,” kata Indra.
Terkait tarif jasa fasilitas untuk meluapkan amarah ini, mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribuan. Tarif termurah diberi kesempatan merusak beberapa buah botol bekas, untuk tarif yang lebih mahal diberi kesempatan merusak barang yang lebih besar seperti TV, komputer dan lain-lain.
“Untuk botol dan barang-barang yang dirusak kita punya suplayer barang bekas. Nanti setelah rusak kita jual lagi dengan cara kiloan,” kata Indra.
Dia mengaku terinspirasi membuka layanan jasa ini dari bisnis serupa yang sudah lebih dulu ada di luar negeri dan kota-kota besar di Indonesia. “Tapi kalau di Jawa Barat, kita adalah yang pertama,” kata Indra.
Lebih lanjut dia memaparkan sempat terjadi pro kontra opini terkait bisnis yang dijalankannya. Menyalurkan amarah dengan merusak barang atau bertindak brutal, dianggap tidak mencerminkan sikap atau perilaku religius.
“Tasik kan masyarakatnya religius, memang ada opini negatif. Tapi ini kan hanya bagian dari proses manajemen amarah, ketika dia sudah puas, sudah lelah meluapkan amarahnha, maka akan kembali kepada nilai-nilai religius. Kami juga lakukan pendekatan melalui konseling, yang minimal kita jadi pendengar yang baik sambil menyelipkan pesan motivasi,” kata Indra.
Dia menambahkan meluapkan amarah di ruang privat yang terkontrol dipandang lebih baik ketimbang memendam amarah.
“Dipendam apalagi dalam waktu yang lama justru akan berefek negatif. Lebih baik diluapkan tapi dalam ruang yang terkontrol dan tidak menggangu lingkungan,” kata Indra.
Sumber : Detik.Jabar