RMK NEWS | – Bagi warga Pangandaran tak asing lagi mendengar nama Susi Pudjiastuti. Eks Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019 itu sudah malang melintang di dunia perikanan sejak tahun 1980an.
Susi lahir dan besar dari rahim keluarga peternak yang tinggal lama di Pangandaran. Meskipun kedua orang tuanya Haji Ahmad Karlan dan Hajah Suwuh Lasminah berasal dari Jawa Tengah, Susi lahir dan dibesarkan di pesisir Pantai Pangandaran.
Susi menceritakan masa lalunya saat awal mula menjadi seorang pengepul ikan laut dari nelayan Pangandaran.
“Waktu itu sekitar tahun 1983 saya usia baru 17 tahun sekolah baru sampai SMA kelas 2 berhenti, lalu belajar usaha menjual ikan dengan modal hanya ratusan ribu,” kata Susi saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (17/10/2023).
Ia mengatakan di tahun yang sama, ia belajar berdagang ikan dengan menawarkan ke restoran-restoran.
“Saya belajar menjadi pengepul ikan, beli ikan dari nelayan kemudian dijual lagi. Kalau sekarang disebutnya bakul ikan,” ucap Susi.
Sembari mengingat kembali masa-masa itu, Susi mengerutkan dahi dan menceritakan betapa tidak mudahnya menawarkan ikan ke restoran.
“Menawarkan ikan ke restoran itu tidak mudah, apalagi waktu itu usia saya masih 17 tahun. Tentu perlu waktu, namun alhamdulillah beberapa restoran mau menerima,” katany
Selain ke restoran, Susi juga mendirikan pabrik setelah 13 tahun menjalani usaha sebagai bakul ika
“Tahun 1996 saya coba mendirikan pabrik dan baru mencoba ekspor sendiri dengan brand PT ASI Susi Pudjiastuti,” katany
Susi mengatakan pertama ekspor ikan ke Jepang dan Amerika dan melebar ke negara-negara Erop
“Senang dulu usia masih muda sudah dapat usaha sebesar ini,” ucapny
Menurutnya Susi pernah jatuh bangun dalam usaha menjual ikan, apalagi kalau musim pacekli
“Kalau namanya usaha dan bisnis pasti untung rugi. Rugi sama untungnya pasti ada,” katany
Bahkan, Susi mengaku pendapatan terbesar saat itu berasal dari lobster di perairan Pantai Pangandara
“Wah kalau lobster 1 ton per hari, kadang 2 ton per hari. Dari lobster itu saya dapat untung besar dan salah satu pembuka ekspor ikan ke Eropa,” ucapnya.
Masa Sulit Usaha Susi dan Maraknya Tangkapan Nelayan Asing di Pangandaran
Susi mengatakan awal tahun 2000an penangkapan ikan oleh nelayan asing di Pangandaran mulai marak terjadi, termasuk penangkapan baby lobster.
“Tahun 2001 semuanya hilang, ikan hilang semua hilang, lobster juga sama, rupanya tahun 2000 bibit lobster mulai banyak diambil, tapi saya tidak tahu waktu itu, kita tidak ada yang ngerti diam-diam mereka ngambilnya,” kata Susi.
Menurutnya tahun 2001 itu banyak kapal asing berbendera Indonesia dan diizinkan masuk oleh pemerintah saat itu.
“Ya tahun 2001 kapal ikan sudah masuk ke Indonesia karena diizinkan masuk zaman itu. Karena kapal asing masuk berbendera Indonesia, yaudahlah,” kata Susi.
Selama hampir setahun Susi mengaku usahanya merosot tidak ekspor dan pabrik ikan yang dimiliki Susi nyaris bangkrut.
“Saya mulai lagi bangun usaha ikan tahun 2022. Saat itu untuk mendapatkan ikan ekspor, harus dikumpulkan dulu. Disimpan di freezer belum cukup untuk ekspor, karena kalau ekspor harus 1 kontainer,” ucapnya.
Kemudian, tahun 2004 Susi memberanikan diri membeli dua pesawat terbang dari modal pinjam ke salah satu bank BUMN.
“Usaha peminjaman itu dilakukan selama 4 tahun berusaha ke beberapa bank untuk meminjam,” katanya.
Dua pesawat milik Susi itu kemudian digunakan untuk membawa lobster dan ikan besar ke Jakarta.
“Dua pesawat itu saya gunakan membawa ikan dari Pangandaran ke Jakarta. Alhamdulillah dari situ juga saya membuka pesawat komersil antar pulau,” ucapnya.
Sumber : Detik.jabar