RMK NEWS | – Sejumlah penarik becak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memilih bertahan di tengah gempuran alat transportasi modern. Mereka tetap mangkal menunggu penumpang untuk mengais rezeki.
Kamis (19/10/2023), tampak enam becak berderet di depan sebuah toko serba ada di Jalan Perintis Kemerdekaan Ciamis. Becak-becak itu seolah menjadi ciri khas dari pusat perbelanjaan tersebut, yang tak pernah beranjak dari tempat itu.
Di dalam becak itu, tampak penariknya sedang duduk sembari menyantap gorengan yang baru dibelinya. Ading Suryadi (65), adalah penarik becak sejak tahun 1972 atau hampir setengah abad.
“Sepi, penumpangnya tidak ada. Ya setiap hari begini saja, paling hanya pindah duduk dari rumah ke sini,” ujar Suryadi warga Desa Pawindan, Kecamatan Ciamis itu saat ditemui detikJabar.
Menurut Suryadi, kondisi yang dialaminya saat ini selain kurang peminat karena modernisasi, juga ada faktor lainnya. Seperti kondisi ekonomi yang sulit dan juga adanya pandemi COVID-19 yang sempat melanda hingga 2 tahun.
“Kalau sebelum pandemi ya masih ada tiga sampai empat penumpang sehari, bisa dapat sampai Rp 30 ribu. Kalau sekarang satu sampai dua penumpang pun kadang-kadang. Ke rumah paling gede bawa uang Rp 15 ribu, kadang tidak bawa sama sekali,” ungkap Suryadi.
Alasan Suryadi masih bertahan karena saat ini usianya sudah tua dan tidak ada usaha lain. Jika harus bekerja sebagai buruh, usianya pun sudah tua dan tidak ada yang akan mempekerjakannya.
“Ya bertahan mungkin sampai akhir hayat,” ucapnya.
Masa Kejayaan
Meski demikian, Suryadi pernah mengalami masa kejayaan selama menjadi penarik becak. Hal itu ia alami di tahun 1985 an hingga tahun 90 an. Ia mampu menarik sampai belasan penumpang dalam sehari. Padahal di Ciamis kala itu jumlah becak mencapai 500 unit yang tersebar di beberapa titik perkotaan.
Bukan hanya jadi penarik becak, Suryadi pun sampai-sampai menjadi juragan becak dengan memiliki 12 unit becak. Ia menyewakannya kepada orang lain. Namun saat ini becak yang dimiliki oleh Suryadi hanya 3 unit saja, 1 dipakai olehnya dan 2 lagi oleh orang lain.
“Sejak kondisi terus menurun, becak satu per satu saya jual. Ada yang ke rongsok ada juga ke orang yang butuh dan dijadikan becak motor,” jelasnya.
Suryadi pun mengenang masa lalu ketika penarik becak juga disebut sebagai Raja Kota. Penampilan para penarik becak pun tidak seperti sekarang yang nampak lusuh dan penuh keringat. Tapi dulu, para penarik becak mementingkan penampilan dengan memakai celana cutbray dengan sepatu eksotik.
“Jadi untuk menarik penumpang, penarik becak harus gaya. Becaknya dipercantik, orangnya juga dandan. Itu tahun 70 sampai 80 an,” tuturnya.
Suryadi menyebut saat ini dirinya merupakan penarik becak di perkotaan Ciamis yang paling lama dan masih bertahan. Jumlah becak di Ciamis saat ini hanya ada di depan Toserba Yogya ada 6, di Swadaya ada 2 dan di Pasar Manis Ciamis ada tiga becak.
“Ya memang mungkin sudah bukan jamannya. Sekarang orang-orang sudah punya sepeda motor sendiri. Bukan hanya tukang becak saja, tapi juga ojek juga sama,” pungkasnya.
Sumber : Detik.jabar