RMK NEWS | – Semangat gotong royong dan kreativitas berhasil membuat wajah Kampung Leuwihieum, Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, berubah.
Warga Leuwihieum memanfaatkan saluran irigasi yang membelah kampung mereka menjadi magnet yang membuat banyak orang luar berdatangan. Saluran irigasi yang semula kumuh, oleh warga dibersihkan dan ditata.
Saluran irigasi diisi berbagai jenis ikan, tepiannya dihiasi beragam tanaman. Kampung Leuwihieum yang semula “hieum” (gelap atau menakutkan) kini berubah menjadi kampung yang cantik.
“Awalnya irigasi Cigede ini penuh sampah, banyak warga yang menjadikannya sebagai tempat pembuangan sampah,” kata Aris, pengurus Karang Taruna setempat, belum lama ini.
Lama-lama anak-anak muda ini jengah dengan kondisi tersebut. Akhirnya ada keinginan untuk menata kampung. “Kami mulai dengan membersihkan sampah yang ada di sepanjang saluran irigasi ini,” kata Aris.
Inisiatif itu disambut dengan kekompakan dan semangat gotong royong. Langkah itu juga memantik partisipasi dari semua kalangan masyarakat. Sehingga penataan pun merambah ke pembangunan jalur pejalan kaki di pinggiran irigasi. “Membeton jalan kami lakukan swadaya, semen dapat bantuan dari warga dan pemerintah,” kata Aris.
Adhitya Hiracahya tokoh pemuda setempat juga turun tangan membantu para pemuda. “Kami ingin menyajikan konsep kampung lauk (ikan). Karena di sini punya potensi itu. Selain itu ada juga potensi pertanian,” kata Adhit.
Di kampung itu, kata Adhit ada warga yang beternak lele dan ikan koi. Selain ada juga warga yang membangun green house alias perkebunan modern.
“Sebagai pemikatnya, saluran irigasi yang sudah bersih itu kami tanami ikan mas dan sebagian lagi ikan bawal. Saluran irigasi disekat pakai terali besi,” kata Adhit. Warga juga kemudian membangun gazebo.
Alhasil kawasan yang sebelumnya kumuh, kini berubah jadi memiliki daya tarik. Warga setempat mau pun pendatang jadi betah berlama-lama di sana. Apalagi lokasinya dekat dengan masjid.
“Hikmahnya tidak ada lagi warga yang membuang sampah ke saluran irigasi. Nah lantas ke mana warga membuang sampah?, para pemuda lalu ikut pelatihan pengolahan sampah. Sampah organik dijadikan pakan budidaya maggot. Budidaya ini juga tentu saja menyokong perikanan dan pertanian yang ditekuni warga,” papar Adhit.
Hikmah lain dari penataan itu, rumah-rumah warga yang sebelumnya membelakangi aliran irigasi kini berubah. Mereka mulai beres-beres atau menata bagian belakang rumahnya yang dekat irigasi. Suasana pun semakin resik.
Di sisi lain inisiatif warga tersebut kemudian disambut baik oleh Pemkot Tasikmalaya yang sedang menggulirkan program Katasik atau Kawasan Wisata Tematik. Pemkot Tasikmalaya kemudian memberikan bantuan sambungan wifi, fasilitas kamera CCTV dan lainnya. Karuan saja dengan adanya fasilitas itu warga semakin betah. “Kalau sore ramai warga, jadi tempat silaturahmi. Banyak manfaatnya,” kata Adhit.
Penataan kawasan secara swadaya ini juga sempat mengundang banyak pihak untuk datang melakukan studi banding. “Kemarin ada profesor dari ITB, ya melihat-lihat kemudian mau memberikan bantuan ikan dan benih tanaman. Masyarakat tentu senang. Sempat juga ada kunjungan dari Garut yang ingin studi banding,” kata Adhit.
Sumber : Detik.jabar