RMK NEWS | – Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letjen Agus Subiyanto mempunyai kenangan manis di Pangandaran, Jawa Barat. Mantan Pangdam III Siliwangi itu pernah tinggal di Dusun Haurseah, Desa Cijulang, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran sekitar tahun 1970an.
Pada masa tinggal di Pangandaran saat itu Agus masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Pria kelahiran 1967 lahir di Cimahi, namun sempat pindah ke Cijulang dan bersekolah di SDN 2 Cijulang.
Diketahui Agus merupakan seorang anak prajurit pensiunan TNI dengan pangkat terakhir sersan kepala (serka). Kepala Desa Cijulang Yayan Mulyana mengatakan jika Agus sempat bersekolah di Cijulang, namun ketika saat akan lulus pindah ke Cimahi.
“Kalau meneruskan sekolah jenjang SMP dan SMA ke Cimahi,” kata Yayan kepada detikJabar, Kamis (26/10/2023).
Yayan mengatakan jika Agus merupakan kakak kelasnya setahun lebih tua. “Kalau pak Agus mah kakak kelas,” ucapnya.
Menurutnya Agus dan keluarganya sempat mempunyai rumah di depan lapang Taruna Cijulang. “Ya dia punya rumah depan lapang Taruna Cijulang, tapi saat ini dijual,” katanya.
Saat menjadi Pangdam III Siliwangi dan Wakasad Agus dinilai sering melakukan kunjungan ke Pangandaran. Tahun 2022 Agus membangun jembatan gantung yang diberikan nama olehnya Simpay Asih. Saat itu Agus mengenang jika jembatan tersebut merupakan salah satu akses penghubung dua desa.
“Kan Agus itu ibunya memang asal orang Cijulang. Kenapa bisa di sini karena ibaratnya dulu betah sama neneknya di sini,” kata Agus.
Selain membangun jembatan, Agus memberikan hibah pembuatan lapangan sepak bola di Cijulang yang diberikan nama ayahnya, Stadion Serka Dedi Unadi. Stadion ini dibangun dari dana corporate social responsibility (CSR) dari bank milik Pemprov Jabar dengan anggaran mencapai Rp 4 miliar.
Saat berkunjung ke Pangandaran tahun 2022 yang lalu, Agus sempat bercerita kepada detikJabar usai meresmikan stadion Serka Dedi Unadi.
Agus bercerita masa lalunya saat melewati sasak gantung yang terbuat dari bambu di Pangandaran pada tahun 1970-an.
Menurutnya, pada 1970-an, warga desa Batukaras dan Cijulang mayoritas petani jagung dan kelapa.
Jembatan Simpay Asih yang diresmikanya itu penghubung yang lebih cepat untuk membawa hasil panen yang dijual ke pasar Cijulang dan Pangandaran. Ketimbang melewati jalan Cidahu ke Jalan Green Canyon.
Daerah Batukaras dan Cijulang yang merupakan penghasil minyak kelapa dari tahun 1970-an sampai 1990-an juga memaksimalkan keberadaan jembatan tersebut. Tujuannya untuk mengangkut hasil panen.
Agus juga menceritakan masa kecilnya saat dibesarkan di Dusun Haurseah, Desa Cijulang, Kecamatan Cijulang. Di desa tersebut Agus mengaku sering diajak nenek-kakeknya untuk panen jagung di wilayah Desa Batukaras.
Selain itu, Agus juga mengenang saat mencari kerang laut di sungai Cijulang dan berenang di pantai Batukaras.
Sumber : Detik.jabar