RMK NEWS | Pangauban Kawargian Nonoman Galuh menggelar acara Sabulang Bentor Vol. II bertempat di Gedung Kesenian Ciamis dan ditayangkan secara langsung di kanal YouTube Nonoman Galuh, pada Sabtu (17/06/2023).
Acara tersebut mengusung tema Media Kiwari Beuki Nyari “Transformasi Literasi Budaya melalui Media Digital”.
Dengan Narasumber Kang Eka Wijaya Permana, sebagai Penyiar Radio Masa Kini (RMK Radio), Kang Ncep Billal Indra sebagai Konten Kreator Gema TV, dan Kang Eggy Aditiar sebagai Produser Film Jang Oman.
Pupuhu Pangauban Kawargian Nonoman Galuh, Tendi Nugraha menyampaikan acara ini mengangkat isu yang sedang menggeliat, serta media sosial yang semakin banyak penggunanya akan mampu membuka kesempatan baru khususnya dalam bidang kebudayaan.
“Sabulang Bentor Vol. II ini kami mengangkat isu yang sedang terus menggeliat hingga hari ini. Oleh karenanya tema acara kali ini Media Kiwari Beuki Nyari (Transformasi Literasi Budaya melalui Media Digital) yang artinya media saat ini semakin bergairah, membuka celah dan peluang baru terutama dalam bidang kebudayaan,” Ujar Tendi Nugraha.
Perkembangan media sosial hari ini sangat berkaitan erat dengan keseharian manusia, dan telah berhasil dimanfaatkan oleh para penggiat media digital untuk menyebarkan informasi dan berinteraksi tanpa batas ruang dan waktu. Begitupun dalam transformasi literasi budaya, penggunaan media sosial sangat efektif untuk memberikan opsi atau pilihan belajar dan memahami tentang kebudayaan yang dapat diakses oleh semua kalangan.
Penyiar Radio Masa Kini, Kang Eka Wijaya Permana mengatakan memanfaatkan media digital untuk transformasi literasi budaya menurutnya akan menjadi menarik bagi para penggiat budaya dalam menyebarluaskan literasi kebudayaan dengan konsep kekinian.
“bicara soal literasi tidak hanya tentang apa yang ditulis dan dibaca, namun juga tentang apa yang dilihat dan didengar. Literasi pun berarti proses belajar dan menuangkan bahan untuk belajar, maka dari itu pemanfaatan media digital sebagai sarana transformasi literasi budaya ini menjadi cara yang menarik bagi para penggiat budaya dalam menyebarluaskan literasi kebudayaan dengan konsep kekinian,” Ungkapnya.
Kang Eka menambahkan, pemanfaatan media digital tidak hanya tentang sarana penyebaran informasi, tetapi juga menjadi media arsip atau dokumentasi yang kemudian dapat dibuka kembali.
“Ketika waktu dulu saya bersama kawan-kawan di Radio membuat program-program yang berkaitan dengan kebudayaan seperti Sunda Ngora, Opak Amis (Obrolan Pakar Anak Muda Ciamis), Ngalembur (Nganjang ka Lembur), Sunda Mirasa dan sebagainya tidak kami unggah di media sosial yang akhirnya data itu hilang dan sulit untuk dibuka kembali. Radio Masa Kini (RMK Radio) saat ini tetap konsisten dalam menyiarkan literasi kebudayaan baik dalam program acara ataupun kegiatan di radio,” Pungkas Eka.
Seiring dengan semakin masif nya pengguna media sosial, dimanfaatkan oleh Kang Billal sebagai sarana menyebarluaskan kisah-kisah inspiratif sosial kemanusiaan hingga konten-konten yang ditayangkan di media sosialnya menyentuh setiap yang melihat.
Ncep Billal mengungkapkan media saat ini mampu menjadikan diri kita untuk menjadi apapun. Media sosial dimanfaatkan sebagai sarana menyebarluaskan kisah-kisah inspiratif sosial kemanusiaan hingga konten-konten yang ditayangkan di media sosialnya menyentuh setiap yang melihat.
“Media kiwari bisa ngajadikeun urang jadi naon wae” Ucap Kang Billal.
Artinya, peluang media digital ini sangat mempermudah siapapun untuk menjadi apapun. Tergantung pada apa yang menjadi tujuan penggunaan media tersebut.
Ncep Billal Juga menyampaikan perjalanan yang panjang dia lewati untuk menjadi seorang konten kreator hingga bisa menjadi saat ini dengan banyak Raihan followers di berbagai sosial media, dia juga mengatakan di setiap kontennya ia selalu menggunakan bahasa Sunda sebagai jati dirinya serta melalui akun sosial media itu lah Ncep bilal mentransformasikan literasi budaya melalui konten yang dia buat
“Setelah perjalanan panjang sebagai konten kreator hingga tiba saat ini memetik hasil dari proses konsistensi. Sekarang akun tiktok saya sudah sampai 560K Follower, Instagram 90K Followers, Snack Video 60K, YouTube 76K Subscriber. Setiap konten yang saya buat selalu berdialog menggunakan bahasa sunda sebagai jati diri. Melalui akun media sosial inilah saya mentransformasikan literasi budaya melalui konten yang saya buat,” Terangnya.
Kang Eggy Aditiar sebagai produser film “Jang Oman” mentransformasikan literasi budaya lewat film dengan mengadaptasi dari Carpon (Carita Pondok) karya Karna Yudibrata yang merupakan seorang penulis dari Kecamatan Tambaksari, Ciamis.
“Banyak sekali buku-buku para penulis Sunda terutama dari Tatar Galuh Ciamis yang sangat memungkinkan untuk diadaptasi menjadi karya baru kedalam media digital. Beberapa film yang sudah saya buat, saya lebih senang menggunakan bahasa sunda dalam semua percakapan. Mungkin menjadi tanggungjawab saya selain sebagai orang sunda juga sebagai pengajar mata pelajaran bahasa sunda di sekolah.” Ucap Kang Eggy.
Perfilman ini baginya merupakan seni terbaru, dimana dalam proses penggarapan film melibatkan seni-seni lainnya seperti seni peran, musik, tata cahaya, dan sebagainya. Dalam film ini menjadi sebuah kolaborasi yang kemudian menjadi satu karya bersama.
“Tema ini tentang urgensi dimana kebudayaan apakah akan tetap bertahan dalam era globalisasi ataukah tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Maka, ini hal menarik untuk dibahas karena dikhawatirkan akan terjadi kehilangan estafet nilai-nilai kebudayaan di beberapa generasi. Seperti ada beberapa istilah yang saat ini jarang digunakan namun terdapat dalam buku cerita jaman dahulu, misalnya “tangkal kagiru”, “rongkah”, “kariaan”, “baruk”. Istilah tersebut yang kami transformasikan kedalam film sebagai upaya transformasi literasi budaya,” Jelasnya.
Discussion about this post